Setelah
barang-barang bergerak selesai dilelang, kepala juru lelang menawarkan tanah
itu kepada penawar tertinggi. Dia menambahkan bahwa pemilik tanah dijamin
hak-haknya, sebagai-mana ditetapkan dalam Reglemen Tanah Swasta dalam Staatsblad
1811.
"Dua
puluh ribu guldenl" tawar seorang dari Pasar Baru.
"Sekali,
dua kali . . ."
"Dua
puluh ribu!" seru Oey Thoa yang sejak tadi hanya menonton saja.
"Tiga
puluh ribu!" tukas seorang calon pembeli dan Senen.
"Lima
puluh ribu," kata Oey tenang.
Penawaran
yang tiba-tiba melonjak itu mengejutkan hadirin. Setelah diumumkan tiga kali
tak ada yang mengajukan tawaran lagi, maka sebidang tanah itu jatuh ke tangan
Oey. Ia membayar tunai dengan lembaran uang yang tersimpan dalam ikat
ping-gangnya.