Rabu, 11 Maret 2015

Senen



Setelah barang-barang bergerak selesai dilelang, kepala juru lelang menawarkan tanah itu kepada penawar tertinggi. Dia menambahkan bahwa pemilik tanah dijamin hak-haknya, sebagai-mana ditetapkan dalam Reglemen Tanah Swasta dalam Staatsblad 1811.
"Dua puluh ribu guldenl" tawar seorang dari Pasar Baru.
"Sekali, dua kali . . ."
"Dua puluh ribu!" seru Oey Thoa yang sejak tadi hanya menonton saja.
"Tiga puluh ribu!" tukas seorang calon pembeli dan Senen.
"Lima puluh ribu," kata Oey tenang.
Penawaran yang tiba-tiba melonjak itu mengejutkan hadirin. Setelah diumumkan tiga kali tak ada yang mengajukan tawaran lagi, maka sebidang tanah itu jatuh ke tangan Oey. Ia membayar tunai dengan lembaran uang yang tersimpan dalam ikat ping-gangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar